Alterasi hidrotermal merupakan faktor yang sangat dipertimbangkan dalam eksplorasi endapan logam berharga. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan alterasi?
Alterasi merupakan perubahan fase, komposisi, maupun tekstural dari batuan karena satu dan lain hal. Alterasi dapat terjadi di mana saja, misalnya alterasi karena pelapukan di dekat permukaan, alterasi metasomatisme karena proses metamorfisme, dan juga alterasi hidrotermal. Sebelum membahas mengenai alterasi hidrotermal, alangkah baiknya kita mengetahui dahulu apa itu hidrotermal.
Hidrotermal berasal dari kata hidro (air) dan termal (panas). Pirajno (2009) mendefinisikan fluida hidrotermal sebagai larutan panas (50-500 C), mengandung zat terlarut yang dapat terpresipitasi ketika larutan tersebut berubah properti fisik dan kimianya dalam ruang dan waktu. Dengan demikian fluida hidrotermal adalah fluida yang terpanaskan.
Fluida hidrotermal dapat merupakan larutan sisa magma bersifat aquaeous dan hasil dari diferensiasi. Namun, fluida hidrotermal tidak hanya berasal dari sisa magma, namun bisa juga dari air meteorik (air permukaan), air laut, connate (air yang tersimpan di batuan ketika litifikasi), air dari proses metamorfisme, dan gabungan dari beberapa fluida tersebut.
Fluida hidrotermal biasanya cenderung lebih bersifat aqueous dan mengandung banyak vapor, serta lebih ringan (buoyant). Untuk mempertahankan kesetimbangan dengan tekanan sekitar, fluida hidrotermal ini akan bergerak menuju permukaan melalui porositas batuan.
Alterasi hidrotermal adalah proses kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimia, dan tekstural akibat interaksi dengan fluida panas (fluida hidrotermal) yang bersirkulasi (Pirajno, 2009). Fluida hidrotermal ini akan terus berevolusi kondisi fisik dan kimianya akibat sirkulasi yang terus menerus. Ketika fluida hidrotermal bertemu dengan batuan, akan terdapat ketidakstabilan (inequilibrum), sehingga baik fluida maupun batuan akan berubah untuk mencapai kestabilan. Perubahan yang terjadi dapat berupa terbentuknya himpunan mineral baru yang lebih stabil di batuan yang dilewati dan dapat juga terjadi pertukaran komposisi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Mineral yang terbentuk inilah yang disebut mineral alterasi.
Alterasi hidrotermal berbeda dengan metamorfisme. Pada metamorfisme perubahan terjadi dalam fase padat dan cenderung tidak ada penambahan komposisi dari luar batuan itu sendiri (sistem tertutup). Sedangkan pada alterasi hidrotermal, sistemnya terbuka. Selain itu pada metamorfisme, pengaruh fluida jauh lebih sedikit dan presentase fluida yang hadir juga relatif sedikit dibandingkan dengan fase padatnya. Pada alterasi hidrotermal, peran fluida sangat besar. Fluida yang menyebabkan alterasi juga jauh lebih banyak dan terus bersirkulasi. Sirkulasi yang terjadi juga menyebabkan fluida hidrotermal sangat fluktuatif kondisi kimia dan fisikanya.
Alterasi hidrotermal menjadi sangat penting karena deposisi logam-logam berharga (mineralisasi) umumnya terjadi berkaitan dengan proses alterasi. Alterasi hidrotermal akan menghasilkan zonasi-zonasi mineral yang dapat menjadi petunjuk spatial maupun temporal terhadap kehadiran mineral-mineral bijih berharga.
(/Mir)
Daftar Pustaka:
Pirajno, Franco. 2009. Hydrothermal Processes and Mineral Systems. Springer: Australia.
Comments